Kamis, 12 September 2019

Mereview rumahbelajar.id : Lawang kota kenangan


Lawang Kota Kenangan

pengarangnya Reza Kurniawan ini termasuk bacaan untuk remaja tingkat SMA diterbitkan pada tahun 2018 oleh badan pengembangan dan pembinaan bahasa penulis disini ingin menceritakan atau berbagi bahwa  Bu ku Lawang Kota Kenangan itu dapat hadir ditengah-tengah kita menggambarkan tentang perubahan kota kecil Lawang dari masa ke masa selain bercerita tentang layang kota lawan di sini juga bercerita tentang masa Kerajaan Singosari dan Majapahit kemudian jalan dan stasiun kereta api bangunan Belanda dulu dan kini kebun teh yang sejuk Pasar Lawang yang tak pernah lelap Rumah Sakit Jiwa Radjiman wedyo Wedyodiningrat kemudian museum kesehatan jiwa Lawang Hotel Niagara sebagai icon Lawang pemandian alami dan asri Pesantren gereja dan Wihara disini penulis ingin menceritakan Bagaimana dari masa Kerajaan Singosari sampai Belanda dan dijajah Belanda kemudian di Lawang itukan berada di kota Malang Kota Malang itu sangat sejuk dipenuhi oleh pegunungan di sini juga diceritakan tentang kebun teh yang sejuk tapi zaman sekarang sesuai perkembangan zaman Pasar Lawang Sekarang malam pun sudah ramai di sini ciptakan tak pernah lelap dalam kondisi seperti itu ada perkembangan zaman ada rumah sakit jiwa mungkin ini ada yang rese ada museum kesehatan jiwa juga pemandian alami ini menandakan bahwa di situ ada sumber air Kota Lawang ini juga menghargai berbagai agama di situ terbukti ada Pesantren ada gereja ada Vihara dan belum pernah kita dengar ada benturan atau ada demo mengenai agama tentang tentang pesantren gereja Vihara mereka hidup rukun dengan membaca kota lawan ini dari masa kemasa diharapkan diharapkan orang akan tahu dari masa ke masa menurut saya buku ini sangat bagus agar remaja atau anak muda tahu tentang sejarah demikian review mengenai lawan Kota Kenangan terima kasih wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 

Link Youtube mereview tentang Lawang Kota Kenangan : https://youtu.be/7bDM_a5QquE

Mereview rumahbelajar.id : Katalog Museum Indonesia

Lawang Kota Kenangan

pengarangnya Reza Kurniawan ini termasuk bacaan untuk remaja tingkat SMA diterbitkan pada tahun 2018 oleh badan pengembangan dan pembinaan bahasa penulis disini ingin menceritakan atau berbagi bahwa. Buku Lawang Kota Kenangan itu dapat hadir ditengah-tengah kita menggambarkan tentang perubahan kota kecil Lawang dari masa ke masa, selain bercerita tentang layang kota lawan di sini juga bercerita tentang masa Kerajaan Singosari dan Majapahi,t kemudian jalan dan stasiun kereta api bangunan Belanda dulu dan kini kebun teh yang sejuk Pasar Lawang yang tak pernah lelap Rumah Sakit Jiwa Radjiman wedyo Wedyodiningrat kemudian museum kesehatan jiwa Lawang Hotel Niagara sebagai icon Lawang pemandian alami dan asri Pesantren gereja dan Wihara disini penulis ingin menceritakan Bagaimana dari masa Kerajaan Singosari sampai Belanda dan dijajah Belanda kemudian di Lawang itukan berada di kota Malang Kota Malang itu sangat sejuk dipenuhi oleh pegunungan di sini juga diceritakan tentang kebun teh yang sejuk tapi zaman sekarang sesuai perkembangan zaman Pasar Lawang Sekarang malam pun sudah ramai di sini ciptakan tak pernah lelap dalam kondisi seperti itu ada perkembangan zaman ada rumah sakit jiwa mungkin ini ada yang rese ada museum kesehatan jiwa juga pemandian alami ini menandakan bahwa di situ ada sumber air Kota Lawang ini juga menghargai berbagai agama di situ terbukti ada Pesantren ada gereja ada Vihara dan belum pernah kita dengar ada benturan atau ada demo mengenai agama tentang tentang pesantren gereja Vihara mereka hidup rukun dengan membaca kota lawan ini dari masa kemasa diharapkan diharapkan orang akan tahu dari masa ke masa menurut saya buku ini sangat bagus agar remaja atau anak muda tahu tentang sejarah demikian review mengenai lawan Kota Kenangan terima kasih wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Berikut Link youtube tentang Mereview rumahbelajar.id : https://youtu.be/cxQaBG0z2Ww


Selasa, 25 Juni 2013

REFLEKSI KULIAH TERAKHIR FILSAFAT


 
Tanpa terasa, satu semester sudah kami belajar filsafat bersama Prof. Marsigit. Selama satu semester ini, kami berusaha memahami apa itu filsafat dengan elegi-elegi yang diberikan pada powermathematic dan semampu kami untuk memberikan komentar.  Pada awalnya, mendengar kata filsafat begitu terasa memusingkan atau hal-hal yang aneh-aneh namun setelah menyelami lebih dalam, sebuah pengertian mulai terbentuk bahwa filsafat akan memperkuat spiritualitas kita jika kita menggunakan spiritualitas sebagai payung dalam berfilsafat. Setinggi-tingginya seseorang dalam berfilsafat, tidak boleh melebihi spiritual. Setinggi-tingginya seseorang dalam berolah pikir, tidak boleh melebihi keyakinan.
Filsafat adalah olah pikir yang refleksif. Filsafat itu seperti kromosom pada genetika, yaitu mempunyai struktur, yang mana struktur tersebut sama dimanapun. Filsafat makro pada dunia mempunyai struktur yang sama dengan filsafat negara, kaum industrial trainer, kaum old humanis, serta sama dengan filsafatku. Yang berbeda hanya content dan metodenya. Struktur tersebut adalah ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Ontologi adalah hakekat. Epistimologi adalah metode. Sedangkan aksiologi adalah nilai atau norma yang berlaku dalam kehidupan manusia. Namun, sejatinya epistimologi tidak hanya metode, tetapi juga sumber pengetahuan, kebenaran ilmiah, pengembangan ilmu. Ontologi dan epistimologi tidak dapat saling dipisahkan. Ketika kita mengatakan hakekat maka itu ontologi. Hakekat tidak akan pernah bisa kita temukan kalau tidak dipikirkan. Memikirkan/mempelajari hakekat merupakan epistimologi. Hakekat merupakan ontologi, namun apa itu hakikat merupakan epistimologi. Epistimologi merupakan teori berpikir. Ketiga struktur tersebut sangat penting dan merupakan satu kesatuan. Semua yang kita pelajari(apa yang ditulis, dibicarakan) adalah epistimologi sehingga ada yang menyebut epistimologi dengan filsafat ilmu. Filsafat ilmu adalah filsafat itu sendiri.
Berfilsafat itu berpikir yang reflektif yang mencakup olah pikir kita dan pengalaman kita, hanya bertanya saja sudah melakukan filsafat. Ada berpikir yang tidak memakai pengalaman dan juga pengalaman yang tidak memakai berpikir. Sebagian besar manusia tidak memikirkan pengalamannya dan tugas filsafat adalah memikirkan pengalaman-pengalaman tersebut. Tata cara berfilsafat itu kontekstual. Berbeda antar suatu bangsa dengan bangsa yang lain. Semua yang makro itu relevan. Sebagai contoh, bapaknya perubahan itu Heraclitos. Diriku berubah pengetahuannya, pikirannya, dan sebagainya. Bapaknya yang tetap adalah Permenides. Diriku adalah tetap makhluk ciptaan Tuhan. Tetap dan berubah merupakan suatu kontradiksi namun berdasarkan contoh tersebut, pernyataan tersebut benar. Yang perlu kita pikirkan adalah objeknya (menjawab pertanyaan “apanya?”). Untuk melihat mikronya, kita hanya perlu melihat pada diri kita sendiri. Dunia itu persis seperti apa yang kita pikirkan.
Dalam belajar filsafat, terdapat beberapa asumsi yang harus disepakati. Asumsi yang pertama adalah bahwa kami(pembelajar) telah dewasa. Menurut saya, asumsi dewasa ini ada karena di filsafat kita membicarakan sesuatu dengan berbagai sudut pandang yang didalamnya sering atau malah selalu terjadi kontradiksi sehingga jika yang mempelajari filsafat belumlah dewasa maka boleh jadi atau malah pasti orang itu akan menjadi tersesat. Hatinya menjadi bingung, galau dan jauh dari Tuhan. Prof. Marsigit pernah memberi contoh jika filsafat di berikan pada anak smp, mungkin akan kacau, seperti semua pintu sama. Dari kuliah yang yang diberikan saya simpulkan bahwa dewasa berarti bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. seperti yang diungkapkan oleh Bapak Marsigit, baik dan benar itu sangat relatif dan kontekstual, bisa di awal, tengah, dan akhir. Setiap yang ada dan mungkin ada memiliki ukuran kebenaran masing-masing. Maka cara yang baik adalah dengan menaati norma-norma. Asumsi yang kedua adalah bahwa kami sedang melaju cepat, seperti kereta yang berjalan dengan cepatnya namun kemudian diminta untuk berhenti sejenak untuk berfilsafat. Oleh karena itu, kami memerlukan sedikit penyesuaian serta perlu memahami arti sebenarnya dari filsafat. Asumsi yang ketiga adalah filsafat itu hidup. Hidup itu adalah ada pikiran, kenyataan, ada daya, ada upaya. Hidup ini adalah proses yang sebenarnya proses itu hasil. Hidup adalah jarak antara takdir dan ikhtiar yang mana ikhtiar itu sendiri adalah takdir. Asumsi yang keempat adalah sifat hidup sehat. Sehat berarti jujur, tidak munafik. Hidup sehat akan terjadi jika kita selalu menyeimbangkan diri kita. Hidup sehat itu jikalau kita terhindar dari jebakan filsafat. Bukan berpura-pura sadar, berpura-pura ikhlas, berpura-pura memahami namun sebenarnya tidak memahami. Maka berfilsafat haruslah santun yang berarti sadar dan mengerti. Bersikap sesuai dengan pengetahuannya itu.
Obyek dari filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Sehingga, objek dari filsafat pendidikan matematika adalah segala yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Seperti yang telah diungkapkan oleh Prof. Marsigit, “ada” dicirikan jika sesuatu itu nyata. Sesuatu itu nyata jika  dapat ditunjukkan sifat-sifatnya. “ada” bisa berada di dalam pikiran maupun di luar pikiran. Objek yang ada adalah segala sesuatu atau hal yang bisa dilihat, bisa didengar dan dapat dipikirkan. Selain itu, hal yang ada adalah sesuatu yang sudah diketahui. Mungkin ada dapat diartikan sebagai sesuatu yang mempunyai potensi untuk ada namun belum muncul sebagai suatu kenyataan. Yang mungkin ada terdapat dalam pikiran. Sejatinya, hidup ini setiap saat adalah mengubah dari yang mungkin menjadi ada, dari yang kecil menjadi besar, sadar atau pun tidak sadar.
Tujuan filsafat adalah supaya kita mampu memikirkan hal-hal di sekitar kita dengan berbagai sudut pandang . Sedangkan manfaat belajar filsafat adalah sama dengan manfaat berpikir. Filsafat bersumber dari keragu-raguan. Namun keragu-raguan tersebut sebaiknya tidak kita tujukan kepada spiritualitas kita. Ketika berfilsafat kemudian merasa bingung, ingatlah Allah dengan beristighfar, berwudhu, dan sholat. Manusia harus terus meminta pertolongan kepada Tuhan.
Metode berfilsafat adalah dengan terjemah dan menterjemahkan (hermeunitika). Hermeunitika digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena hermeunitika adalah komunikasi yang lurus dan berimbang. Lurus berarti tidak akan melakukan hal yang sama karena menembus ruang dan waktu. Hal ini membutuhkan kesadaran. Setiap manusia memiliki kesadaran yang berbeda karena tergantung ruang dan waktunya. Terjemah dan menerjemahkan dalam filsafat artinya berinteraksi yang refleksif. Setiap hal yang ada di dunia ini saling berinteraksi satu sama lainnya. Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, material, lingkungan, bahkan batu pun saling berinteraksi dengan lingkungan. Ketika kita berfilsafat, tidak jarang pendapat kita berbeda dengan pendapat orang lain. Jikalau memang terjadi demikian, perbedaan tersebut dapat didialogkan, yang dalam filsafat disebut sebagai dialektika. Dalam filsafat, terdapat tesis, anti tesis, dan sintesis. Tesis adalah yang ada dan yang mungkin ada. Ambil satu tesis, misal Z, maka antitesisnya adalah selain Z. Ketika tesis dan antitesis bertemu di dunia nyata maka akan muncul sintesis.  Sintesis adalah hasil akhir dari percobaan untuk menggabungkan antara thesis dan antithesis. Sintesis kemudian bisa menjadi Thesis dan kemudian menemukan Antithesisnya dan melahirkan Sintesis baru. Demikian seterusnya. Dalam pandangan saya, dialektika yang dimaksud tidak hanya dapat terjadi antara satu orang dengan orang yang lain, namun juga dapat terjadi dalam pikiran kita sendiri. Dalam pikiran seorang manusia kadang atau malah sering terdapat pendapat yang saling berkontradiksi, untuk mengatasi hal tersebut, kita pikiran kita harus berdialog, memerinci pendapat-pendapat yang terdapat dalam pikiran kita, yang kemudian mengambil keputusan mengenai mana pemikiran yang lebih baik. Dalam mengambil keputusan tersebut, kita harus memperhatikan fakta-fakta yang ada serta memperhatikan akibat dari pemikiran kita tersebut.
Filsafat merupakan dua sisi mata uang yang saling berlawanan. Di dalam filsafat terdapat hukup identitas maupun kontradiksi. Kontradiksi merupakan kebalikan dari hukum identitas. Contoh hukum identitas adalah satu sama dengan satu. Sedangkan contoh hukum kontradiksi adalah satu tidak sama dengan satu karena satu yang pertama kita ucapkan si awal sedangkan satu yang berikutnya kita ucapkan di akhir. Identitas terjadi karena kita tidak memperhatikan ruang dan waktu, sedangkan kontradiksi terjadi karena kita memperhatikan ruang dan waktu.  Ketika mempelajari filsafat, kita harus selalu memikirkan dua sisi tersebut, identitas dan kontradiksi, baik dan buruk, siang dan malam, tetap dan berubah, sepi dan ramai, dan sebagainya. Dengan melihat dari dua sisi tersebut, maka kita sudah berusaha menjadi orang yang bijak.
Setiap manusia mengalami perubahan. Melakukan perubahan sama artinya dengan menembus ruang dan waktu. Terdapat tiga hal pokok yang dapat menjadi bekal supaya orang dapat menembus ruang dan waktu, yaitu:
1.      Paham ruang dan waktu
2.      Memahami tentang adanya filsafat fenomenologis
3.      Memahami filsafat foundasionalisme dan antifoundasionalisme
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga hal pokok tersebut:
1.      Ruang itu terdiri atas wadah dan isi. Segala hal yang ada dan mungkin ada (objek pikiran) pasti memiliki wadah dan isinya masing-masing. Ruang berdimensi, secara umum ada ruang berdimensi 1,2,3,4, dst. Namun terdapat ruang-ruang yang lain baik secara vertikal maupun horisontal.  Salah satu ruang  adalah ruangnya berfilsafatnya versi kaum spiritualis, mulai dari materialisme, formalisme, formatif, dan spiritual. Setiap saat tiadalah orang yang menembus ruang. Sekaligus kita adalah material, formal, normatif, dan spiritual, sekaligus kita adalah ruang berdimensi tak berhingga. Spiritual ada yang tingkat nol sampai yang tingkat teritinggi. Serendah-rendahnya spiritual manusia adalah kalau dia tidak percaya terhadap adanya Tuhan. Normatif itu ilmu. Materialnya orang sholat itu sujud, normatifnya berdoa, namun sujud itu juga normatif dan spiritual. Untuk bisa mengetahui ruang, ternyata kita harus mengetahui waktu. Maka cara untuk mengetahui ruang adalah dengan menggunakan waktu. Terdapat tiga macam waktu, yakni waktu yang berurutan, waktu yang berkelanjutan dan waktu yang berkesatuan yang artinya waktu itu tidak dapat dipisah-pisahkan.
2.      Memahami adanya filsafat fenomenologis. Isi pokok dari fenomenologi adalah abstraksi dan idealism. Abstraksi, memilih, memilih mana yang dilihat, memilih apa yang dipikirkan, memilih apa yang dibicarakan. Abstraksi atau bisa disebut juga dengan reduksi. Salah satu contohh abstraksi adalah kita tidak bisa dilahirkan di mana-mana. Dari bermilyar-milyar ibu, memilih satu itu merupakan reduksi yang  hebat. Sehinga Husser harus membuat rumah besar yang dipakai untuk menampung yang tidak kita pikirkan yang disebut sebagai rumah epoke. Rumah epoke selalu kita gunakan, baik dalam spiritual maupun dalam matematika, sebagai contoh saat belajar segitiga, kita tidak memikirkan warna, bahan, harga, dan aromanya. Yang dipikirkan hanyalah bentuk dan ukurannya. Ilmu, materialnya adalah ilmu, formalnya adalah ilmu pengetahuan, normatifnya adalah logos atau fisafat spiritualnya adalah ciptaan-ciptaan tuhan.
3.      The foundation dan antifoundation. Sebenar benar anti foundation adalah intuisi. Setiap orang beragama pasti adalah kaum foundasionalisme karena menetapkan Tuhan adalah causa prima sebab dari segala sebab. Jika kita tahu kapan kita memulai maka kita termasuk kaum foundasionalism. Tapi lebih banyak lagi dunia ini separuhnya tidak tahu kapan dimulainya itu lah yang disebut antifoundasionalism. Maka hakekat manusia adalah foundasionalism dan antifoundasionalism, intuisi. Manusia bahkan tidak tahu sejak kapan ia dapat membedakan besar dan kecil. Itulah yang disebut dengan intuisi. Mengerti besar dan kecil itu tidak perlu definisi, jadi intuisi tidak memerlukan definisi.
Seperti objeknya, pada dasarnya terdapat dua persoalan filsafat, yaitu apa yang ada di dalam pikiranmu dan apa yang tidak ada dalam pikiranmu. Apa yang ada di dalam pikiranmu harus dapat engkau jelaskan kepada oran glain. Sedangkan untuk sesuatu yang berada di luar pikiranmu, masalahnya adalah bagaimana engkau dapat mengetahuinya. Manusia hanya berusaha menjelaskan. Manusia tidak mungkin mampu menjelaskan apa yang ada dan yang mungkin ada dengan jelas karena si Maha menjelaskan adalah ALLAH. Persoalan filsafat dialami orang sejak dahulu hingga sekarang yaitu apa yang pantas dipikrkan, tidak pantas dipikirkan itu apa, kalu kita bisa berpikir sejauh mana kita dapat memikirkannya, selanjutnya bagaimana cara berpikir, metode-metodenya. Hal itu merupakan persoalan sejak awal adanya manusia karena setiap manusia mempunyai pikiran. Yang berbeda hanyalah tingkatannya. Atau dimensi kualitas dan ektensivitasnya.
Mitos adalah melakukan pekerjaan di mana kita tidak mengerti maknanya. Pada saat jaman Yunani orang mempunyai mitos, sekarang pun kita punya. Salah satu contoh mitos Yunani adalah pelangi sebagai jembatan para dewa. Sedangkan contoh mitos jaman sekarang adalah adanya Nyai Roro Kidul. Karena merupakan mitos maka orang-orang tidak berani untuk memikirkannya, berat bagi orang-orang untuk memikirkannya. Mitos bagi seseorang belum tentu mitos bagi orang yang lain. Kita pun bisa membuat mitos untuk orang lain. Kalau kita melaksanakannya tanpa tahu maksudnya maka itu merupakan mitos.
Dengan mempelajari filsafat, saya menjadi tahu bahwa anak-anak tidak belajar melalui pemahaman terlebih dahulu namun melakukan apa-apa yang tidak dimengertinya, itu disebut sebagai mitos. Anak-anak sejatinya  belajarnya melalui intuisi melalui intuisi seperti panjang pendek, lama sebentar. Kalau dilihat dari produknya itu mitos tapi kalau dilihat dari prosesnya itu intuisi. Intuisi diperoleh dari interaksi dengan lingkungan, komunikasi, dsb. Seandainya, guru yang mengajarkan matematika dengan hafalan berarti guru tersebut menggunakan pendekatan mitos. Matematika di sekolah gagal karena siswa telah dirampas intuisinya. Contoh ketika ditanya apakah itu dua jawabannnya adalah 1+1, 2x1, 3-1, dsb. Padahal secara intusi manusia punya dua telinga, dua tangan, dua mata. Karena definisi kita kehilangan intuisi. Bahkan kasih sayang dan doa butuh intuisi. Besar, kecil, panjang, pendek, lebar, sempit, merupakan intuisi ruang. Lama dan sebentar merupakan intuisi waktu. Oleh karena itu, dalam membelajarkan matematika di sekolah khusunya sekolah dasar dan SMP, guru harus mempertimbangkan intuisi siswa agar intuisi siswa tidak terampas. Jika intuisi siswa terampas, yang akan terjadi adalah kekacauan pada masa mendatang. Implikasi dari intusi ini adalah bahwa sebaiknya kita memandang pendidikan matematika di sekolah bukan sebagai ilmu namun sebagai kegiatan, sehingga matematika merupakan kegiatan. Kegiatan mencari pola, kegiatan menyelesaikan masalah, kegiatan investigasi, dan kegiatan berkomunikasi. Hal ini agar intuisi semakin berkembang. Dalam prakteknya, guru harus dapat menjadi fasilitator yang baik bagi siswa. seperti yang kita ketahui, terdapat dua cara untuk mengenal sesuatu yaitu a priori dan posteriori. A priori berarti mengenal dengan perantara orang lain sedangkan posteriori berarti mengenal dengan melihat dan bertemu secara langsung. Jadi menurut saya, sebagai fasilitator yang baik sebisa mungkin guru mengenalkan ilmu pengetahuan secara apriori maupun posteriori misalnya dengan menggunakan pendekatan matematika realistik (pada pembelajaran matematika) khususnya bagi siswa tingkat rendah. Siswa bukanlah objek yang hanya dapat menunggu transfer pengetahuan dari guru. Guru harus dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kembali intuisi siswa dalam belajar matematika serta materi yang dipelajari adalah matematika sekolah, bukan matematika formal. Guru dapat menerapkan berbagai macam metode pembelajaran yang bertujuan untuk mengonstruksi pemahaman siswa, sehingga siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Sebagai contoh dalam kehidupan yang menonjolkan intuisi adalah mbah marijan.
            Dalam budaya jawa, terdapat beberapa orang yang perlu diruwat supaya sadar terhadap dirinya sendiri. Orang-orang yang perlu diruwat itu misalnya adalah orang yang sering mengalami kecelakaan, orang yang sering sakit, anak semawat wayang, dsb. Dengan mempelajari filsafat, saya menjadi tahu bahwa ruwatan jaman sekarang adalah dengan mempelajari filsafat supaya dapat mengetahui diri kita sendiri. Dengan belajar filsafat kita akan memikirkan apa yang kita pikirkan. Memikirkan apa yang ada dan yang mungkin ada sehingga kita akan sadar terhadap diri kita sendiri.
Seperti yang Prof. Marsigit ungkapkan, salah satu bahayanya orang berfilsafat adalah tidak komprehensif, parsial, atau sepenggal-sepenggal. Dalam belajar filsafat kita harus selalu memikirkan kontradiksinya. Sebagai contoh ketika kita mengatakan matematika itu adalah agama. Jika hanya membaca sampai kalimat tersebut maka akan terjadi kebingungan maka kita harus meneruskan pembelajaran kita. Sejatinya, matematika dianggap agama terjadi pada masa Phytagoras karena pada masa itu belum ada agama. Dengan adanya bahaya tersebut maka sebisa mungkin kita mempelajari filsafat secara menyeluruh. Menyeluruh tidak berarti semua, karena ilmu itu tidak terbatas dan yang dapat menguasai seluruh ilmu hanyalah Allah SWT.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam perjalanan sejarah sejak 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami banyak perubahan, yaitu Rentjana Pelajaran 1947, Rentjana Pelajaran Terurai 1952, Rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Suplemen Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi  2004, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Seolah belum puas dengan pergantian kurikulum tersebut, pemerintah berencana untuk menerapkan sebuah kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013.  Pendekatan yang digunakan kurikulum 2013 adalah sains
Semua kurikulum tersebut pasti memiliki kelemahan (sisi hitam) dan keunggulan (sisi putih), begitupun dengan Kurikulum 2013. Berikut ini adalah sisi hitam dan sisi putih Kurikulum 2013.

Sisi Hitam Kurikulum 2013:
  • Terlalu terburu-buru
Penerapan Kurikulum 2013 terlalu terburu-buru dan dipaksakan. Suatu hal yang terburu-buru dan dipaksakan akan berdampak buruk serta tidak akan pernah mencapai hasil yang maksimal.
  • Munculnya Kemultitafsiran
Pelatihan guru yang menggunakan metode master teacher  (instruktur nasional, guru inti, dan guru nasional) dikhawatirkan akan memunculkan kemultitafsiran materi kurikulum 2013, karena pemahaman setiap instruktur dan guru inti tentu berbeda. Lain halnya jika pelatihan tersebut langsung diberikan oleh pemerintah kepada guru kelas dan guru mata pelajaran. 
  • Menghilangkan mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)
Kebijakan menghapus TIK dari struktur kurikulum merupakan kebijakan yang kurang tepat. Di era globalisasi ini, para pelajar justru harus menguasai TIK. Dampak dari dihapusnya mapel TIK adalah siswa menjadi gaptek (gagap teknologi) dan tidak akan bisa membuat grafik, power point, dan pengolahan data menggunakan microsoft excel. Seperti yang kita ketahui bersama, ketiga hal tersebut sangat penting dalam dunia kerja. 
  • Menyebabkan kelebihan dan kekurangan guru
Pengurangan jam mata pelajaran atau penghapusan mata pelajaran akan menyebabkan kelebihan guru, contohnya pelajaran Bahasa Inggris di SMA dikurangi jamnya dari 180 menit menjadi hanya 90 menit. Hal ini akan menyebabkan kelebihan guru bahasa Inggris di SMA. Sementara itu, pelajaran olahraga ditambah menjadi tiga jam pelajaran. Hal ini akan menyebabkan kekurangan guru. 
Sisi Putih Kurikulum 2013: 
  • Memperkuat Multikulturalisme
  • Memperkuat religiusitas dan budi pekerti
Mata pelajaran agama mengalami penambahan materi. Untuk substansi, ditambah dengan materi budi pekerti, sehingga namanya menjadi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Jumlah jam belajar juga ditambah. Pada jenjang sekolah dasar (SD), yang semula dua jam ditambah menjadi empat jam pelajaran.Sementara pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), menjadi tiga jam dari semula dua jam pelajaran. Upaya tersebut bisa maksimal jika disertai dengan metode pembelajaran yang bermutu dan keteladanan dari guru. 
  • Mengurangi beban guru dalam hal penyusunan RPP dan Silabus
Upaya untuk memaksimalkan potensi guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa, di kurikulum 2013 adalah guru tidak lagi dibebani untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau Silabus. Tugas tersebut diambil alih oleh pemerintah. Pengambilalihan tugas tersebut, kata Mendikbud, bukan untuk memotong kreativitas guru karena silabus yang dirancang pemerintah merupakan satuan minimal yang masih bisa dikembangkan oleh masing-masing guru. Guru-guru sebaiknya bisa mengembangkan kreatifitas dan mengembangkan intuisi siswa tidak menjadi robot


Minggu, 19 Mei 2013


Sejarah Singkat Teorema Pythagoras

Teorema Pythagoras” dinamakan oleh ahli matematika Yunani kuno yaitu Pythagoras, yang dianggap sebagai orang yang pertama kali memberikan bukti teorema ini. Akan tetapi, banyak orang yang percaya bahwa terdapat hubungan khusus antara sisi dari sebuah segi tiga siku-siku jauh sebelum Pythagoras menemukannya.
Teorema Pythagoras memainkan peran yang sangat signifikan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan matematika. Misalnya, untuk membentuk dasar trigonometri dan bentuk aritmatika, di mana bentuk ini menggabungkan geometri dan aljabar. Teorema ini adalah sebuah hubungan dalam Geometri Euclides di antara tiga sisi dari segi tiga siku-siku. Hal ini menyatakan bahwa ‘Jumlah dari persegi yang dibentuk dari panjang dua sisi siku-sikunya akan sama dengan jumlah persegi yang dibentuk dari panjang hipotenusa-nya’.
Secara matematis, teorema ini biasanya biasanya ditulis sebagai : a2 + b2 = c2 , di mana a dan b mewakili panjang dari dua sisi lain dari segitiga siku-siku dan c mewakili panjang dari hipotenusanya (sisi miring).
Sejarah
Sejarah dari Teorema Pythagoras dapat dibagi sebagai berikut:
1. pengetahuan dari Triple Pythagoras,
2. hubungan antara sisi-sisi dari segitiga siku-siku dan sudut-sudut yang berdekatan, 3. bukti dari teorema.
Sekitar 4000 tahun yang lalu, orang Babilonia dan orang Cina telah menyadari fakta bahwa sebuah segitiga dengan panjang sisi 3, 4, dan 5 harus merupakan segitiga siku-siku. Mereka menggunakan konsep ini untuk membangun sudut siku-siku dan merancang segitiga siku-siku dengan membagi panjang tali ke dalam 12 bagian yang sama, seperti sisi pertama pada segitiga adalah 3, sisi kedua adalah 4, dan sisi ketiga adalah 5 satuan panjang.
Sekitar 2500 tahun SM, Monumen Megalithic di Mesir dan Eropa Utara terdapat susunan segitiga siku-siku dengan panjang sisi yang bulat. Bartel Leendert van der Waerden meng-hipotesis-kan bahwa Tripel Pythagoras diidentifikasi secara aljabar. Selama pemerintahan Hammurabi the Great (1790 – 1750 SM), tablet Plimpton Mesopotamian 32 terdiri dari banyak tulisan yang terkait dengan Tripel Pythagoras. Di India (Abad ke-8 sampai ke-2 sebelum masehi), terdapat Baudhayana Sulba Sutra yang terdiri dari daftar Tripel Pythagoras yaitu pernyataan dari dalil dan bukti geometris dari teorema untuk segitiga siku-siku sama kaki.
Pythagoras (569-475 SM) menggunakan metode aljabar untuk membangun Tripel Pythagoras. Menurut Sir Thomas L. Heath, tidak ada penentuan sebab dari teorema ini selama hampir lima abad setelah Pythagoras menuliskan teorema ini. Namun, penulis seperti Plutarch dan Cicero mengatributkan teorema ke Pythagoras sampai atribusi tersebut diterima dan dikenal secara luas. Pada 400 SM, Plato mendirikan sebuah metode untuk mencari Tripel Pythagoras yang baik dipadukan dengan aljabar and geometri. Sekitar 300 SM, elemen Euclid (bukti aksiomatis yang tertua) menyajikan teorema tersebut. Teks Cina Chou Pei Suan Ching yang ditulis antara 500 SM sampai 200 sesudah masehi memiliki bukti visual dari Teorema Pythagoras atau disebut dengan “Gougu Theorem” (sebagaimana diketahui di Cina) untuk segitiga berukuran 3, 4, dan 5. Selama Dinasti Han (202 SM – 220 M), Tripel Pythagoras muncul di Sembilan Bab pada Seni Mathematika seiring dengan sebutan segitiga siku-siku. Rekaman pertama menggunakan teorema berada di Cina sebagai ‘theorem Gougu’, dan di India dinamakan “Bhaskara theorem”.
Namun, hal ini belum dikonfirmasi apakah Pythagoras adalah orang pertama yang menemukan hubungan antara sisi dari segitiga siku-siku, karena tidak ada teks yang ditulis olehnya yang ditemukan. Walaupun demikian, nama Pythagoras telah dipercaya untuk menjadi nama yang sesuai untuk teorema ini.

Referensi : buzzle.com

10 KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI DLM PROBLEM SOLVING MATEMATIKA



10 KOMPETENSI YANG HARUS  DIMILIKI DLM PROBLEM SOLVING MATEMATIKA adalah sebagai berikut : 

1.   Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika.
2.    Kemampuan untuk mencatat kesamaan, perbedaan dan analogi.
3.    Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memilih prosedur yang benar.
4.    Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan.
5.    Kemampuan untuk menaksir dan menganalisa.
6.    Kemampuan untuk memvisualisasi dana menginterpretasi kuantitas atau ruang.
7.    Kemampuan untuk memperumum berdasarkan beberapa contoh.
8.    Kemampuan untuk berganti metode yang telah diketahui.
9.    Mempunyai keberanian diri yang cukup dan merasa senang terhadap materinya.
10.  Kesabaran dan ketelitian dalam memecahkan setiap persoalan yang dihadapi .

         POSTER RUMUS MATEMATIKA 

         ( Pangkat , akar , log , fungsi dan       persamaan kuadrat , Geometri )




POSTER RUMUS MATEMATIKA  ( Turunan , Limit , Integral )